Angin musim panas menerpa wajahku, terasa agak lembab. Apakah akan
hujan? Padahal kan ini musim panas?
Aku pun beranjak dari kursi taman yang sedari tadi aku tempati. Sudah
sejak siang tadi, yang aku lakukan hanyalah duduk di kursi itu sambil membaca buku.
Sampai tidak menyadari dunia disekelilingku. Buku yang aku baca berjudul “All
men are brothers” karya Mahatma Gandhi. Mungkin karena keteduhan pohon yang
tepat berada dibelakang tempat dudukku lah yang membuatku nyaman membaca disana
berjam- jam lamanya.
“Ahimsa, berarti cinta tidak
terhingga dan ini berarti kesanggupan tanpa batas untuk menderita…”
Kata-kata di buku itu terus terngiang dikepalaku. Benarkah ada yang
seperti itu? Siap menanggung beban yang begitu berat tak terhingga karena
cinta? Entahlah.. aku tidak bisa membayangkan hal itu terjadi padaku? Aku memikirkan kata-kata tersebut dalam
konteks cinta kepada lawan jenis.
(sebenarnya konteks di atas oleh Gandhi di tujukan kepada kaum wanita
yang dibuktikan dengan kekuatan mereka menahan penderitaan selama mengandung
dan melahirkan)
Kembali lagi dengan pikiranku..!
Kenapa aku tidak bisa mengilhami makna itu?
Apakah karena aku tidak pernah mengenal yang namanya seorang ibu? Aku
adalah anak semata wayang ayah ku. Dia bilang ibu meninggal karena melahirkanku,
dan dia sama sekali tidak berniat untuk menikah lagi.
Lalu bagaimana dengan konteks cinta kepada lawan jenis?
Entahlah.. aku tidak pernah merasakan sebuah perasaan kuat terhadap
lawan jenis. Atau aku seorang gay ??
NO WAY!!
Satu jawaban yang pasti adalah memang aku belum menemukan perempuan yang
dapat membuat hatiku seakan mati rasa. Itu saja.
********
Sungmin.. itulah namanya.
Dia pun bergegas membereskan barang-barangnya dan beranjak pergi.
Setelah berjalan melewati dua blok petak bunga-bunga dan pohon ek, Sungmin pun menemukan jalan menuju parkir
taman ini. Saat matanya berkeliling menyisir tempatnya berdiri, tiba-tiba dia
arah jam 4 dia melihat seorang gadis
sedang duduk di sebuah ayunan. Gadis itu menutup matanya dan menengadahkan
wajahnya kearah langit.
Sekali lagi angin berhembus dan kelembapan itu merasuk kedalam kulitnya.
Menyisakan sedikit kesejukan ditengah musim panas ini. Angin membelai rambutnya
yang hitam dan panjang.
Kenapa aku memandang terus
gadis itu?
Entahlah…
Sepertinya aku tertancap dengan kuat di tempat ku berdiri saat ini.
Tidak dapat bergerak kearah manapun. Kenapa dengan ku??
Gadis itu menghentikan aktifitasnya. Sepertinya dia menyadari bahwa saat
ini dia sedang diperhatikan. Ragu-ragu, gadis itu menoleh ke arahku.
Tiba-tiba, jantungku serasa berhenti berdetak selama se persekian detik.
Detik selanjutnya saat dia menatap langsung kepadaku, dan kulihat
matanya yang teduh dan dalam. Saat itu juga rasanya seperti tenggelam kedalam
samudra yang tak berdasar. Dingin dan gelap.. tapi tidak menakutkan. Ingin naik kepermukaan tapi makin terseret ke
dasar.
Aku sama sekali tidak mengerti apa yang sedang terjadi padaku..
Sensasi dan perasaan itu terus
saja melanda pikiranku, menyeret jiwaku
dalam pusaran arus yang kuat.
Tiba-tiba terasa ada tetesan air yang jatuh ke kepala dan bahu Sungmin.
Dia mendongakkan kepalanya dan tersadar bahwa hujan turun.
Dan ini musim panas!
Sungmin mengalihkan pandangannya pada gadis itu, dia juga melakukan hal
yang sama. Menengadahkan kepalanya serta tangannya ke langit. Sebaris senyuman
ringan terukir di wajahnya, dan berubah menjadi tawa kecil.
Ada apa dengannya?
Kenapa dia tertawa? Pikir Sungmin, masih memperhatikan si gadis.
Langit pun mulai merapatkan barisannya dan menurunkan serdadu tetesan airnya
dengan brutal ke tanah kering di bumi.. Hujan pun membesar.
Tapi apa yang terjadi..
Gadis itu melompat dari ayunan dan mulai menari-nari kegirangan.
Apakah dia sudah gila? Sungmin bergumam
Hujan pun semakin lebat dan si gadis menari nari sambil berputar-putar
tidak karuan. Kelihatan sangat bahagia
??
Seperti tersadar dari mimpinya, Sungmin menyadari bahwa hujan semakin
lebat dan dia hampir basah kuyup karena sedari tadi hanya berdiri mematung
tanpa berusaha melindungi dirinya dari serdadu air hujan yang menyerang.
Tanpa sadar dia melangkahkan kakinya kearah gadis itu, dan memegang
tangannya.
“hey apa yang kau lakukan??”
“ayo.. kita harus berteduh, baju mu basah..”
Si gadis hanya tersenyum sambil memperlihatkan giginya.. lalu terkekeh
pelan.
Dia,
Sangat manis seperti itu…
Batin sungmin,
Gadis itu membebaskan tangannya dan detik berikutnya dia menggenggam
tangan Sungmin dan berlari..
Terus berlari menyusuri jogging
track yang biasa digunakan pejalan kaki disekitar taman, lalu keluar dan mereka
tiba di trotoar, terus berlari.
Tidak sadar dibawa kemana, sungmin hanya memperhatikan gadis itu,
tangannya yang mungil menggenggam pergelangan tangannya yg lebih besar dan dari
sudut pandang sungmin, dia dapat melihat senyuman di gadis itu tidak pernah
hilang.
Lalu dia tersadar bahwa gadis itu berlari membawanya menuju halte Bus.
Sesampainya disana, mereka pun berteduh, berdesakan di halte kecil itu.
Bersama dengan orang-orang yang juga mencari perlindungan dari ganasnya serangan
air hujan di siang bolong.
Terdengar umpatan-umpatan kecil.
“kenapa musim panas bisa
hujan??”
“aduh .. tidak membawa
payung,”
“bagaimana ini, aku telat
menghadiri meeting”
Semua umpatan itu bercampur dengan suara gemercik air hujan yang
menyentuh bumi dan suara knalpot kendaraan yang lalu lalang.
Aku menoleh kearah gadis itu, dia melakukan hal itu lagi..
Menutup matanya dan menengadahkan satu tangannya kedepan, merasakan
air yang turun dari atap halte ke
telapak tangannya. Aku pun penasaran, apa yang sebenarnya yang dia lakukan.
“apa yang kau lakukan?” tanyaku
Namun dia tidak menjawab sama sekali, kembali hanya senyuman yang terbit
diwajahnya.
Sebenarnya, ada apa dengan
gadis ini?
Kenapa dia tidak pernah
menjawab pertanyaanku. Dari tadi dia hanya tersenyum. Apa mungkin dia gila???
Tapi mana mungkin, gadis
secantik dia menderita penyakit gila..!
Hmm..tidak mungkin! Atau dia
bisu?
Bisa jadi sih,,,
Soalnya dia sama sekali tidak
menjawab pertanyaanku.
Kasian sekali kalau seandainya
dia memang tidak bisa bicara. Padahal dia sangat manis..! ^_^
Pikiranku tiba-tiba buyar saat mendengar seseorang bersin. Dan ternyata
gadis itu yang bersin.
Mungkin dia terkena flu, karena pakaiannya basah, apalagi dia hanya
memakai dress putih selutut aku pun mengeluarkan jaket yang ada dalam tas ku
dan memakaikannya di bahu gadis itu. Diapun menoleh lagi padaku dan tersenyum.
“hei, sebenarnya siapa namamu?” tanyaku memberanikan diri.
Dia diam, terlihat sedang berfikir. namun tidak ada jawaban yang keluar dari mulutnya. aku pun mendesah, berfikir sejenak, lalu melanjutkan perkataanku.
“namaku Sungmin… Lee Sungmin. Siapa namamu?? Pasti kau punya nama kan??”
Dia terlihat sedang berfikir lagi, dan matanya menerawangan ke langit,
kepada air yang berjatuhan. Dia tersenyum, kali ini senyuman kecut yang tersirat diwajahnya,
dibalik senyumannya itu tersimpan kesedihan yang dapat terlihat jelas oleh
sungmin.
“kalau begitu apakah aku boleh memanggilmu dengan sebutan Rain… Rainy??”
“aku pikir itu cocok untuk mu, karena sepertinya kamu sangat suka dengan
hujan..”
Tiba-tiba dia tersenyum gembira dan mengangguk dengan antusias.
“Rain..dimana rumah mu? Aku akan mengantarmu pulang. Kau kelihatannya
demam. Aku takut terjadi apa-apa denganmu… maaf bukan maksudku bersikap
lancang. Tapi aku hanya ingin membantu.”
Dia menggelengkan kepalanya. Dan menunduk..
“kau tidak mau pulang?”
Dia mengangguk lagi.
“apa kau tidak punya rumah?”
Dia mengangguk lagi. Tiba-tiba dia mengaitkan tangannya yang mungil ke
lenganku sambil menatap mataku. Dari jarak sedekat ini, aku dapat melihat bahwa
sebenarnya matanya berwarna abu-abu. Bukan hitam.. apa dia memakai soft lens.
“kau ingin ikut denganku? Tapi kau kan perempuan. Tidak baik jika kau
ikut ke rumah seorang laki-laki. “ jawab sungmin.
Gadis itu mengangguk lagi, dan kali ini mempererat tangannya ke lengan
sungmin.
Karena merasa iba. Akhinrya sungmin membawa gadis itu yang dia beri nama
Rainy pulang ke rumahnya.
Semenjak kecil dia selalu ditinggal oleh ayahnya yang sibuk bekerja, dan
Sungmin akhirnya dibesarkan oleh baby sitter hingga masuk sekolah dasar.
Setelah itu dia mengurus dirinya sendiri karena dia berfikir bahwa sudah
terlalu besar untuk diurus orang lain. Padahal kenyataannya dia masih anak
kecil. Namun karena kondisi, memaksanya untuk berkembang menjadi dewasa di
usianya yang masih belia.
Kini dia tinggal di Seoul untuk melanjutkan kuliahnya di Universitas
Seoul dan ayahnya berada di Incheon mengurusi perusahaanya yang bergerak
dibidang konstruksi. Sejak saat itu mereka semakin jarang bertemu. Mungkin
sebulan atau dua bulan sekali ayahnya datang ke Seoul untuk mengecek keadaan
Sungmin. Atau apabila ada urusan keluar negri, ayahnya akan menyuruh orang
kepercayaannya yaitu Leeteuk untuk mengecek keadaan Sungmin.
Di seoul, Sungmin diberi rumah yang kecil namun nyaman untuk ditempati
untuk orang yang tinggal sendiri. Konsep minimalis namun elegan, di ruang
tengah terdapat sebuah grand piano berwarna putih hadiah dari ayahnya ketika
dia berumur 17 tahun. Dan yang paling penting adalah lokasinya dekat dengan
Universitas Seoul yaitu di daerah Kyonggi dimana bisa berjalan kaki apabila
pergi ke kampus.
Akhirnya mereka sampai dirumah Sungmin setelah naik bus selama 25 menit.
Sungmin pun mempersilahkan Rainy untuk mandi dengan air hangat dan meminjamkan
pakaiannya yaitu sweatheart pink dengan hoodi dan celana training selutut yang
tentu saja terlihat kebesaran dengan tubuh Rainny yang kecil. Tentu saja karena
Sungmin tidak memiliki ibu atau saudara perempuan, jadi tidak ada pakaian
wanita yang bisa dipakai oleh Rainy.
Walaupun dengan pakaian yang terlihat kebesaran itu, Rainny terlihat
nyaman memakainya. Mungkin karena udara yang dingin diluar sana.
Setelah sungmin juga membersihkan dirinya, dia memutuskan untuk memasak
sesuatu untuk dirinya dan tentu saja Rainny.
Gadis itu duduk di meja pantry sambil memperhatikan Sungmin. Sesekali
dia tersenyum atau terkekeh melihat sungmin yang sedang memasak. Karena merasa
sedang diperhatikan, Sungmin pun berbalik dan melihat Rainny yang sedang
menatap kearahnya.
“apakah kau lapar, rainny??”
Rainny mengangguk agak malu,
mungkin dia belum makan dari siang, pikir sungmin.
Dia pun terkekeh melihat tingkah laku Rainny.
Setelah selesai menyiapkan hidangan, Sungmin pun bergabung di meja
pantry bersama Rainny. Mereka pun mulai menyantap hidangannya. Sesekali sungmin
melirik kearah Rain dan mendapati bahwa gadis itu sangat menikmati makanan yang
dia berikan.
Sungmin pun terkekeh melihat tingkah laku gadis itu, yang makan dengan
begitu lahapnya. Setelah selesai, sungmin membereskan meja makan dan mencuci
piring kotor bekas makan malam bersama rainny. Saat ditengah-tengah mengerjakan
tugas nya, tiba-tiba sungmin mendengar seseorang menekan-nekan tuts piano. Saat
berbalik dia melihat Rainny sedang bermain dengan Grand Piano nya.
“kau mau aku memainkannya?” Tanya sungmin
Rainny pun mengangguk senang, dan itu membuat sungmin tertawa sambil
bekata bahwa dia akan main setelah selesai mencuci piring.
Sesuai janji nya, setelah dia selesai mencuci piring, Sungmin duduk di
depan pianonya sambil meregangkan tangannya. Bersiap untuk memainkan sebuah
lagu. Tiba-tiba Rain duduk disamping Sungmin dan itu membuat dia sedikit gugup.
Lalu setelah beberapa saat kemudian sungmin mulai menekan tuts piano dan
memainkan sebuah lagu karya Yiruma, seorang composer korea terkenal.
Diluar masih hujan, terlihat dari jendela-jendela kaca besar yang berada
di ruang tengah. Suara yang berasal dari lagu yang dimainkan oleh Sungmin
bergema memenuhi rumahnya, membuat rumah itu terasa hangat dan nyaman.
Tiba-tiba sungmin merasa bahwa Rainny menyandarkan kepalanya kebahu sungmin.
Lalu mata sungmin beralih kepada rainny, terlihat bahwa gadis itu sangat
menikmati permainan sungmin. Sambil melihat kearah jendela besar di depannya.
“apakah kau benar-benar suka hujan, Rain?”
Gadis itu mendongakkan kepalanya kearah sungmin dan tersenyum.
Sungmin pun sudah terbiasa dan mengerti walau hanya sebuah senyuman,
tapi dia dapat mentafsirkan bahwa Rainny mengiyakan pertanyaannya.
“apakah kau tau Rain, kalau lagu ini berjudul Kiss The Rain… itu sama dengan namamu.”
Gadis itu pun terkekeh dan senyumannya tidak lepas dari wajahnya.
Mungkin dia sangat bahagia.
Batin ku..
Sungmin merasa bahwa Rainny sedang menatap ke arahnya. Diapun
menghentikan permainan pianonya dan menoleh kearah Rainny, ternyata memang
benar.. dia sedang menatap kearahnya !
Jarak yang begitu dekat diantara mereka membuatnya dapat merasakan nafas
rainny yang hangat dikulitnya. Matanya yang dalam dan teduh, hidungnya yang
lancip dan..
Bibirnya yang mungil dan merona..
Oh God.. sungmin, kau jangan
memikirkan yang tidak-tidak !!
Saat dia akan mengalihkan pandangannya ke arah lain, tiba-tiba Rainny
mengaitkan kedua lengannya di leher sungmin dan jarak diantara mereka berdua
semakin menipis. Sebelum Sungmin menyadari apa yang terjadi, bibir mereka telah
berciuman.
Rainny menciumku…!! Teriak
sungmin dalam hati.
Merasakan kehangatan tubuhnya dan tidak ada jarak diantara kami berdua
membuat jantungku berdetak tidak karuan. Serasa kupu-kupu yang berterbangan
dalam perutku. Sensasi yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Seumur hidupku…!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar