Senin, 23 Juli 2012

The Boy in The Wool Hat

pagi ini seperti biasa, aku sempatkan untuk berselancar di dunia maya. lagi asik2 browsing, tiba-tiba nemu cerita yang sangat menarik... 

Selasa, 17 Juli 2012

Strawberry dan Cinta

Entah sejak kapan aku suka akan buah ini.... Warnanya merah menyala dan rasanya saat sampai dimulut memberikan sensasi yang mengejutkan indra perasa. Asam manis. . . tapi aku pikir masam lebih mendominasi.

Seperti cinta, tampak menantang dgn warna-warnanya. Menimbulkan sensasi dan ledakan2 yang membuat asam2 tubuhmu bereaksi.
Semua indra di tubuhmu meresponnya. Tapi, terkadang rasa sakit mendominasi.

Pernah sangsi akan hal itu?
Aku rasa tidak !!

Pada akhirnya aku pun tetap menyukai keduanya ^_^oleh

Fitri Renaissance pada 8 Oktober 2011 pukul 20:07 ·

Tujuh Masa KehidupanKU

Gradasi warna tercipta
Namun sulit untuk memahaminyaa
Terlalu Abstrak..!
atau memang karena aku tak mampu?

Seperti dulu,
Saat aku mengenalnya
dialah Sang Matahari
Tapi yang ini bukanlah dia
Yang ini tak menyilaukan mataku
Namun dia adalah Altair
Dia menjadi penunjuk
Dialah Sang Elang
Dia yang memberiku sedikit cahayanya

Warna-warna yang belum pernah kutemukan
Selama pencarianku di tujuh masa
dijagat raya....
Membuat gradasi dalam warna-warna ku
sangat menarik...!
Karena akupun mengikuti leburanya
menghasilkan warna-warna baru

Tapi tak pernah aku menyadari
bahwa berbagai hal di dalamnya

Aku mengenal sang Matahari
Melihatnya,
Dan saat menyadarinya
Aku terperangkap dalam Badainya
Badai matahari dipermukaan Bumiku
Itu dulu,
bagian dari pencarian
dalam tujuh masaku...

Namun aku ada di masa kini,
dimana Sang Altair tinggal
Aku tidak melihatnya,
Tapi aku mendengarkannya,
Selalu...!
Tapi kali ini aku terjebak
Gravitasinya terlalu kuat
Mengubah Orbitku
Merubah porosku dalam perputaran masa

Garis imajiner itu terbentuk
Namun hanya berupa bayang semu

Dia hebat bukan??
Menjadi sang Penunjuk
Menjadi Sang Elang

Karena Dia,
Aku tahu bahwa summer triangle menjadi poros nya

Karena Dia,
Aku tahu bahwa 
Garis Imajiner semu itu
Dapat kulihat jelas,
Sejelas-jelasnya
saat aku,
logikaku
perasaanku
Menyatu dan membentuk sebuah "Mata"

Karena dia,
aku tahu bahwa
ada partikel yang melebihi cepatnya jet,
Sang cahaya

Aku telah melewati semua
Tujuh masa dalam kehidupanku
Tapi, nyatanya "Sang Altair"
Dia bahkan telah berkelana
Jauh sebelum aku
Dia telah berkelana
Mengunjungi berbagai tempat
Di berbagai sudut jagat raya
menemukan banyak hal
mengalami banyak hal

Kini aku terus berputar dalam orbit baruku
Menciptakan siang dan Malamku
Membuat gradasi warna
lebih jelas dari sebelumnya
Namun dia,
Sang Altair
Tidak pernah memberitahuku
bahwa perubahan porosku
pergeseran orbitku
mengakibatkan sesuatu tercipta
sesuatu yang sangat aku takuti
dan semua wanderer seantero jagat,
 Sang Lubang Hitam

Filosofi "Posisi Menentukan Prestasi"

Minggu ini aku baru saja selesai mengikuti Ujian Akhir Semester. Lumayan melelahkan dan menguras tenaga, waktu dan pikiran. Hahhaha :D
Tentu saja karena aku bukan hanya mengikuti ujian akhir, namun juga mengerjakan beberapa tugas akhir yang harus diselesaikan sebelum UAS berakhir. Ada tugas Linguistik yang harus menganalisis dua jurnal yang diberikan oleh dosen. Atau tugas literatur dimana kita harus membuat rekaman yang isinya yaitu kita membaca puisi dan harus dibuat sedemikian rupa kreatif agar dapet nilai yang bagus.
Lalu ada tugas lain yaitu tugas mata kuliah Structure IV. Semua materi yang telah didiskusikan dikelas selama satu semester harus dibuat satu makalah.
Hmppp.... pasti terbayang bagaimana sibuknya kan???
Belum beres mengulas pelajaran yang akan di Ujian kan, lalu berpacu dengan deadline tugas juga. Benar-benar mengerikan!! -__-“
Banyak pelajaran yang aku dapatkan. Salah satunya adalah jangan jadi seorang yang PROCRASINATOR!! Hhaha
Kalo aja seandainya saat mendapatkan tugas itu aku  langsung mengerjakan tugasnya, maka bakalan beda jalan ceritanya. Aku gak harus begadang semalaman mengedit rekaman videonya nyampe jam 4 subuh, padahal paginya jam setengah 8 siang aq ada Ujian mata kuliah Literatur. Untungnya aku memiliki banyak cadangan energi sehingga tidak membuatku ngedrop. Dan yang paling membuatku senang setelah UAS kemaren adalah ;
Aku memutuskan untuk tidak bekerja sama (nyontek ato diskusi) sama temen2 yang laen termasuk dengan Mr.Google hahahah :D. Perlu diketahui bahwa saat ini banyak sekali teman-teman mahasiswa yang melakukan hal tersebut. Yang aku maksudkan adalah melakukan browsing pada saat UAS. Memang sih mereka kreatrif, dari pada menghabiskan waktu semalaman suntuk membuat contekan, kan lebih baik  “searching” di internet. Katanya sih lebih efisien :D (hal tersebut juga dirasakan oleh penulis sendiri). Tapi sayangnya ke kreatifan itu tidak sejalan dengan norma atau nilai-nilai serta fungsi dari diadakannya UAS. Dengan mengikuti UAS secara jujur dan mengerjakan seluruh soal menggunakan kemampuan sendiri, maka kita dapat mengetahui sampai sejauh mana keberhasilan kita menuntut ilmu selama satu semester ini. Bukan hanya mendapat nilai bagus semata.  Walaupun hasil akhirnya bakalan jelek (mungkin) tapi aku mengerjakannya dengan seluruh jiwa dan ragaku sendiri.. (gkgkgkgk lebaii deh)

Oiya ... ada beberapa cerita menarik saat Ujian Akhir Semester kemaren.
Yang pertama adalah mengenai mitos “posisi menentukan prestasi.”  Kata temen aku yang berinisial Fe (Feri defiana sang ketua Himpunan Mahasiswa :D ) yang menjadi pelopor filosopi tersebut. Katanya sih, kalo posisinya dibelakang jadi bisa nanya ke temen, bisa share jawaban. Beda kalau duduk didepan. Susah ngapa-ngapain...heheheh

Rabu, 11 Juli 2012

Gadis Hujan

Angin musim panas menerpa wajahku, terasa agak lembab. Apakah akan hujan? Padahal kan ini musim panas?

Aku pun beranjak dari kursi taman yang sedari tadi aku tempati. Sudah sejak siang tadi, yang aku lakukan hanyalah duduk di kursi itu sambil membaca buku. Sampai tidak menyadari dunia disekelilingku. Buku yang aku baca berjudul “All men are brothers” karya Mahatma Gandhi. Mungkin karena keteduhan pohon yang tepat berada dibelakang tempat dudukku lah yang membuatku nyaman membaca disana berjam- jam lamanya.

“Ahimsa, berarti cinta tidak terhingga dan ini berarti kesanggupan tanpa batas untuk menderita…”

Kata-kata di buku itu terus terngiang dikepalaku. Benarkah ada yang seperti itu? Siap menanggung beban yang begitu berat tak terhingga karena cinta? Entahlah.. aku tidak bisa membayangkan hal itu terjadi padaku?  Aku memikirkan kata-kata tersebut dalam konteks cinta kepada lawan jenis.  (sebenarnya konteks di atas oleh Gandhi di tujukan kepada kaum wanita yang dibuktikan dengan kekuatan mereka menahan penderitaan selama mengandung dan melahirkan)

Kembali lagi dengan pikiranku..!

Kenapa aku tidak bisa mengilhami makna itu?

Apakah karena aku tidak pernah mengenal yang namanya seorang ibu? Aku adalah anak semata wayang ayah ku. Dia bilang ibu meninggal karena melahirkanku, dan dia sama sekali tidak berniat untuk menikah lagi.

Lalu bagaimana dengan konteks cinta kepada lawan jenis?

Entahlah.. aku tidak pernah merasakan sebuah perasaan kuat terhadap lawan jenis. Atau aku seorang gay ?? NO WAY!!

Satu jawaban yang pasti adalah memang aku belum menemukan perempuan yang dapat membuat hatiku seakan mati rasa. Itu saja.

********

Sungmin.. itulah namanya.

Dia pun bergegas membereskan barang-barangnya dan beranjak pergi.

Setelah berjalan melewati dua blok petak bunga-bunga dan pohon ek,  Sungmin pun menemukan jalan menuju parkir taman ini. Saat matanya berkeliling menyisir tempatnya berdiri, tiba-tiba dia arah jam 4 dia  melihat seorang gadis sedang duduk di sebuah ayunan. Gadis itu menutup matanya dan menengadahkan wajahnya kearah langit.

Sekali lagi angin berhembus dan kelembapan itu merasuk kedalam kulitnya. Menyisakan sedikit kesejukan ditengah musim panas ini. Angin membelai rambutnya yang hitam dan panjang.

Kenapa aku memandang terus gadis itu?

Entahlah…

Sepertinya aku tertancap dengan kuat di tempat ku berdiri saat ini. Tidak dapat bergerak kearah manapun. Kenapa dengan ku??

Gadis itu menghentikan aktifitasnya. Sepertinya dia menyadari bahwa saat ini dia sedang diperhatikan. Ragu-ragu, gadis itu menoleh ke arahku.

Tiba-tiba, jantungku serasa berhenti berdetak selama se persekian detik.

Detik selanjutnya saat dia menatap langsung kepadaku, dan kulihat matanya yang teduh dan dalam. Saat itu juga rasanya seperti tenggelam kedalam samudra yang tak berdasar. Dingin dan gelap.. tapi tidak menakutkan.  Ingin naik kepermukaan tapi makin terseret ke dasar.

Aku sama sekali tidak mengerti apa yang sedang terjadi padaku..

Sensasi dan perasaan itu terus saja melanda pikiranku, menyeret  jiwaku dalam pusaran arus yang kuat.

Tiba-tiba terasa ada tetesan air yang jatuh ke kepala dan bahu Sungmin. Dia mendongakkan kepalanya dan tersadar bahwa hujan turun. 

Dan ini musim panas!

Sungmin mengalihkan pandangannya pada gadis itu, dia juga melakukan hal yang sama. Menengadahkan kepalanya serta tangannya ke langit. Sebaris senyuman ringan terukir di wajahnya, dan berubah menjadi tawa kecil.

Ada apa dengannya?

Kenapa dia tertawa?  Pikir Sungmin, masih memperhatikan si gadis.

Langit pun mulai merapatkan barisannya dan menurunkan serdadu tetesan airnya dengan brutal ke tanah kering di bumi.. Hujan pun membesar.

Tapi apa yang terjadi..

Gadis itu melompat dari ayunan dan mulai menari-nari kegirangan.

Apakah dia sudah gila?  Sungmin bergumam

Hujan pun semakin lebat dan si gadis menari nari sambil berputar-putar tidak karuan. Kelihatan sangat bahagia ??

Seperti tersadar dari mimpinya, Sungmin menyadari bahwa hujan semakin lebat dan dia hampir basah kuyup karena sedari tadi hanya berdiri mematung tanpa berusaha melindungi dirinya dari serdadu air hujan yang menyerang.

Tanpa sadar dia melangkahkan kakinya kearah gadis itu, dan memegang tangannya.

“hey apa yang kau lakukan??”

“ayo.. kita harus berteduh, baju mu basah..”

Si gadis hanya tersenyum sambil memperlihatkan giginya.. lalu terkekeh pelan.

Dia,

Sangat manis seperti itu…

Batin sungmin,

Gadis itu membebaskan tangannya dan detik berikutnya dia menggenggam tangan Sungmin dan berlari..

Terus berlari menyusuri  jogging track yang biasa digunakan pejalan kaki disekitar taman, lalu keluar dan mereka tiba di trotoar, terus berlari.

Tidak sadar dibawa kemana, sungmin hanya memperhatikan gadis itu, tangannya yang mungil menggenggam pergelangan tangannya yg lebih besar dan dari sudut pandang sungmin, dia dapat melihat senyuman di gadis itu tidak pernah hilang.

Lalu dia tersadar bahwa gadis itu berlari membawanya menuju halte Bus.

Sesampainya disana, mereka pun berteduh, berdesakan di halte kecil itu. Bersama dengan orang-orang yang juga mencari perlindungan dari ganasnya serangan air hujan di siang bolong.

Terdengar umpatan-umpatan kecil.

“kenapa musim panas bisa hujan??”

“aduh .. tidak membawa payung,”

“bagaimana ini, aku telat menghadiri meeting”

Semua umpatan itu bercampur dengan suara gemercik air hujan yang menyentuh bumi dan suara knalpot kendaraan yang lalu lalang.

Aku menoleh kearah gadis itu, dia melakukan hal itu lagi..

Menutup matanya dan menengadahkan satu tangannya kedepan, merasakan air  yang turun dari atap halte ke telapak tangannya. Aku pun penasaran, apa yang sebenarnya yang dia lakukan.

“apa yang kau lakukan?” tanyaku

Namun dia tidak menjawab sama sekali, kembali hanya senyuman yang terbit diwajahnya.

Sebenarnya, ada apa dengan gadis ini?

Kenapa dia tidak pernah menjawab pertanyaanku. Dari tadi dia hanya tersenyum. Apa mungkin dia gila???

Tapi mana mungkin, gadis secantik dia menderita penyakit gila..!

Hmm..tidak mungkin! Atau dia bisu?

Bisa jadi sih,,,

Soalnya dia sama sekali tidak menjawab pertanyaanku.

Kasian sekali kalau seandainya dia memang tidak bisa bicara. Padahal dia sangat manis..! ^_^

Pikiranku tiba-tiba buyar saat mendengar seseorang bersin. Dan ternyata gadis itu yang bersin.

Mungkin dia terkena flu, karena pakaiannya basah, apalagi dia hanya memakai dress putih selutut aku pun mengeluarkan jaket yang ada dalam tas ku dan memakaikannya di bahu gadis itu. Diapun menoleh lagi padaku dan tersenyum.

“hei, sebenarnya siapa namamu?” tanyaku memberanikan diri.

Dia diam, terlihat sedang berfikir. namun tidak ada jawaban yang keluar dari mulutnya. aku pun mendesah, berfikir sejenak, lalu melanjutkan perkataanku.

“namaku Sungmin… Lee Sungmin. Siapa namamu?? Pasti kau punya nama kan??”

Dia terlihat sedang berfikir lagi, dan matanya menerawangan ke langit, kepada air yang berjatuhan. Dia tersenyum, kali ini senyuman kecut yang tersirat diwajahnya, dibalik senyumannya itu tersimpan kesedihan yang dapat terlihat jelas oleh sungmin.

“kalau begitu apakah aku boleh memanggilmu dengan sebutan Rain… Rainy??

“aku pikir itu cocok untuk mu, karena sepertinya kamu sangat suka dengan hujan..”

Tiba-tiba dia tersenyum gembira dan mengangguk dengan antusias.

“Rain..dimana rumah mu? Aku akan mengantarmu pulang. Kau kelihatannya demam. Aku takut terjadi apa-apa denganmu… maaf bukan maksudku bersikap lancang. Tapi aku hanya ingin membantu.”

Dia menggelengkan kepalanya. Dan menunduk..

“kau tidak mau pulang?”

Dia mengangguk lagi.

“apa kau tidak punya rumah?”

Dia mengangguk lagi. Tiba-tiba dia mengaitkan tangannya yang mungil ke lenganku sambil menatap mataku. Dari jarak sedekat ini, aku dapat melihat bahwa sebenarnya matanya berwarna abu-abu. Bukan hitam.. apa dia memakai soft lens.

“kau ingin ikut denganku? Tapi kau kan perempuan. Tidak baik jika kau ikut ke rumah seorang laki-laki. “ jawab sungmin.

Gadis itu mengangguk lagi, dan kali ini mempererat tangannya ke lengan sungmin.

Karena merasa iba. Akhinrya sungmin membawa gadis itu yang dia beri nama Rainy pulang ke rumahnya.

Semenjak kecil dia selalu ditinggal oleh ayahnya yang sibuk bekerja, dan Sungmin akhirnya dibesarkan oleh baby sitter hingga masuk sekolah dasar. Setelah itu dia mengurus dirinya sendiri karena dia berfikir bahwa sudah terlalu besar untuk diurus orang lain. Padahal kenyataannya dia masih anak kecil. Namun karena kondisi, memaksanya untuk berkembang menjadi dewasa di usianya yang masih belia.

Kini dia tinggal di Seoul untuk melanjutkan kuliahnya di Universitas Seoul dan ayahnya berada di Incheon mengurusi perusahaanya yang bergerak dibidang konstruksi. Sejak saat itu mereka semakin jarang bertemu. Mungkin sebulan atau dua bulan sekali ayahnya datang ke Seoul untuk mengecek keadaan Sungmin. Atau apabila ada urusan keluar negri, ayahnya akan menyuruh orang kepercayaannya yaitu Leeteuk untuk mengecek keadaan Sungmin.

Di seoul, Sungmin diberi rumah yang kecil namun nyaman untuk ditempati untuk orang yang tinggal sendiri. Konsep minimalis namun elegan, di ruang tengah terdapat sebuah grand piano berwarna putih hadiah dari ayahnya ketika dia berumur 17 tahun. Dan yang paling penting adalah lokasinya dekat dengan Universitas Seoul yaitu di daerah Kyonggi dimana bisa berjalan kaki apabila pergi ke kampus.

Akhirnya mereka sampai dirumah Sungmin setelah naik bus selama 25 menit. Sungmin pun mempersilahkan Rainy untuk mandi dengan air hangat dan meminjamkan pakaiannya yaitu sweatheart pink dengan hoodi dan celana training selutut yang tentu saja terlihat kebesaran dengan tubuh Rainny yang kecil. Tentu saja karena Sungmin tidak memiliki ibu atau saudara perempuan, jadi tidak ada pakaian wanita yang bisa dipakai oleh Rainy.

Walaupun dengan pakaian yang terlihat kebesaran itu, Rainny terlihat nyaman memakainya. Mungkin karena udara yang dingin diluar sana.

Setelah sungmin juga membersihkan dirinya, dia memutuskan untuk memasak sesuatu untuk dirinya dan tentu saja Rainny.

Gadis itu duduk di meja pantry sambil memperhatikan Sungmin. Sesekali dia tersenyum atau terkekeh melihat sungmin yang sedang memasak. Karena merasa sedang diperhatikan, Sungmin pun berbalik dan melihat Rainny yang sedang menatap kearahnya.

“apakah kau lapar, rainny??”

Rainny mengangguk  agak malu, mungkin dia belum makan dari siang, pikir sungmin.

Dia pun terkekeh melihat tingkah laku Rainny.

Setelah selesai menyiapkan hidangan, Sungmin pun bergabung di meja pantry bersama Rainny. Mereka pun mulai menyantap hidangannya. Sesekali sungmin melirik kearah Rain dan mendapati bahwa gadis itu sangat menikmati makanan yang dia berikan.

Sungmin pun terkekeh melihat tingkah laku gadis itu, yang makan dengan begitu lahapnya. Setelah selesai, sungmin membereskan meja makan dan mencuci piring kotor bekas makan malam bersama rainny. Saat ditengah-tengah mengerjakan tugas nya, tiba-tiba sungmin mendengar seseorang menekan-nekan tuts piano. Saat berbalik dia melihat Rainny sedang bermain dengan Grand Piano nya.

“kau mau aku memainkannya?” Tanya sungmin

Rainny pun mengangguk senang, dan itu membuat sungmin tertawa sambil bekata bahwa dia akan main setelah selesai mencuci piring.

Sesuai janji nya, setelah dia selesai mencuci piring, Sungmin duduk di depan pianonya sambil meregangkan tangannya. Bersiap untuk memainkan sebuah lagu. Tiba-tiba Rain duduk disamping Sungmin dan itu membuat dia sedikit gugup.

Lalu setelah beberapa saat kemudian sungmin mulai menekan tuts piano dan memainkan sebuah lagu karya Yiruma, seorang composer korea terkenal.

Diluar masih hujan, terlihat dari jendela-jendela kaca besar yang berada di ruang tengah. Suara yang berasal dari lagu yang dimainkan oleh Sungmin bergema memenuhi rumahnya, membuat rumah itu terasa hangat dan nyaman. Tiba-tiba sungmin merasa bahwa Rainny menyandarkan kepalanya kebahu sungmin. Lalu mata sungmin beralih kepada rainny, terlihat bahwa gadis itu sangat menikmati permainan sungmin. Sambil melihat kearah jendela besar di depannya.

“apakah kau benar-benar suka hujan, Rain?”

Gadis itu mendongakkan kepalanya kearah sungmin dan tersenyum.

Sungmin pun sudah terbiasa dan mengerti walau hanya sebuah senyuman, tapi dia dapat mentafsirkan bahwa Rainny mengiyakan pertanyaannya.

“apakah kau tau Rain, kalau lagu ini berjudul Kiss The Rain… itu sama dengan namamu.”

Gadis itu pun terkekeh dan senyumannya tidak lepas dari wajahnya.

 Mungkin dia sangat bahagia.

Batin ku..

Sungmin merasa bahwa Rainny sedang menatap ke arahnya. Diapun menghentikan permainan pianonya dan menoleh kearah Rainny, ternyata memang benar.. dia sedang menatap kearahnya !

Jarak yang begitu dekat diantara mereka membuatnya dapat merasakan nafas rainny yang hangat dikulitnya. Matanya yang dalam dan teduh, hidungnya yang lancip dan..

Bibirnya yang mungil dan merona..

Oh God.. sungmin, kau jangan memikirkan yang tidak-tidak !!

Saat dia akan mengalihkan pandangannya ke arah lain, tiba-tiba Rainny mengaitkan kedua lengannya di leher sungmin dan jarak diantara mereka berdua semakin menipis. Sebelum Sungmin menyadari apa yang terjadi, bibir mereka telah berciuman.

Rainny menciumku…!! Teriak sungmin dalam hati.

Merasakan kehangatan tubuhnya dan tidak ada jarak diantara kami berdua membuat jantungku berdetak tidak karuan. Serasa kupu-kupu yang berterbangan dalam perutku. Sensasi yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Seumur hidupku…!

Dia dan Dunia Sophie

Gadis itu sudah duduk disana hampir satu jam. Tidak menghiraukan keadaan disekitarnya, anak-anak yang berlarian, laki-laki keturunan china yang sibuk bermain dengan anjing miliknya, ataupun pejalan kaki yang sedari tadi hilir mudik di sekitarnya. Dia, mengenakan setelan dress warna abu selutut dan sepatu kets yang diinjak ujung belakangnya. Rambut yang terurai panjang dibelai angin sepoi yang bertiup semilir. Sedari tadi dia duduk menyandar pohon oak sambil membaca sebuah buku. Lumayan tebal dan sampulnya sepertinya telah lusuh.

Sebuah headphone yang tersambung ke sebuah iPod terpasang ditelinganya. Hmm, mungkin karna itulah dia sama sekali tidak terganggu dengan kebisingan disekitarnya. Atau mungkin buku yang dia baca benar-benar menarik sehingga dunianya tersedot ke dalam buku itu........

Selasa, 10 Juli 2012

Let's begin...!

My first blog!!! kekekeke
I'm so excited,
wait...... it's really my BLOG??? hahha
I think I'm going crazy, OMG
I really love writing and I found that this stuff is interesting..
So....let's begin the JOURNEY
see yaaa.... ^_____^